MARAMISNOMICS ”The Other Way”PENJELASAN TEORITIS SEBAB TERJADI & SOLUSI
“The great depression 2009”
Ada apa dengan Ekonomi Dunia?. Pertanyaan seharusnya adalah, ada apa dengan kapitalisme globa?. Karena untuk bisa mendapatkan solusi yang tepat guna, haruslah diketahui dulu kenapa persoalan itu terjadi.
Banyak analisis terkait dengan kehancuran pasar finansial, mulai dari kebijakan defisit AS, kebijakan suku bunga rendah di era Greenspan, keserakahan elit politik, kegiatan spekulatif para petinggi perusahaan, seperti dilakukan Dick Fuld, CEO Lehman Brothers, tingginya biaya program politik luar negeri, manipulasi laporan keuangan dan lain-lain. Hampir semua analisis itu tidak menukik kepada akar masalah yang paling dalam, sehingga apapun obat dan strategi pemulihan yang diberikan pasti tidak mujarab. Penyakit krisis pasti kembali kambuh dan terus berulang.Di akhir November dan awal Desember 2008 ini ketika kita memasukan kata “Krisis Ekonomi Global” dalam mesin pelacak Google, khusus untuk tulisan dalam bahasa Indonesia, hanya untuk 12 jam terakhir saja sudah muncul puluhan tulisan mengenai krisis tersebut. Namun sejauh kajian, belum ada satupun yang dapat menjawap kenapa krisis terjadi. Umum yang katanya menjawab, hanya dengan “krisis ini terjadi akibat gagalnya kapitalisme global” tapi apanya yang salah secara spesifik belum ada.
Dari pandangan Maramisnomics penyebab terjadi krisis ekonomi global yang bahkan berubah menjadi “The great depression 2009” adalah sbb:
Terakumulasinya menjadi Gelembung Besar Ekonomi (The Big Economic Bubbles), yang berasal dari economic bubbles yang terpendam pada setiap krisis belasan tahunan yang selalu berakhir dengan sendirinya ataupun penanganan salah seperti penanganan ala IMF pada krisis 1998, sejak “The great depression 1930” sebagai tabiat alamia sistim kapitalisme.
Perkembangan cepat sektor keuangan semakin melejit meningalkan sektor riel, volume transaksi yang terjadi di pasar uang (currency speculation and derivative market) dunia berjumlah US$ 1,5 trillion hanya dalam sehari, sedangkan volume transaksi pada perdagangan dunia di sektor riil hanya US$ 6 trillion setiap tahunnya (Rasio 500 : 6 ), Jadi sekitar 1-an %. hanya 45 persen dari transaksi di pasar, yang spot, selebihnya adalah forward, futures, dan options, uang yang beredar dalam ransaksi valas sudah mencapai 1,3 triliun dalam setahun. Ketidak seimbangan ini sala-satu penyebab economic bubbles, yang berujung pada krisis ekonomi berulang belasan tahunan baik regional maupun global, seperti yang dimaksud pada poin pertama diatas.
http://alishlahfriendship.blogspot.com/2008/12/akar-krisis-keuangan-global.html
Terlalu besar melampaui kewajarannya (belum perna dihitung) nilai angka-angka dalam catatan bank menjadi uang belanja dalam pasar, nilai uang dari hasil bukan produksi langsung (keuntungan/penghasilan tanpa adanya underlying asset, atau sektor riel yang melandasinya) sbb: bunga bank, dana-dana hiba, pasar modal/uang, perjudian, penghasilan broker/investor saham, keuntungan perdagangan derivative, bagi-bagi uang gaya BLT (bantuan tunai langsung), korupsi, politik uang (money politic), punggutan liar, uang palakan preman/ngamen/pengemis, uang pelacur/prostitusi, wartawan/industri jurnalistik, penyanyi, pelukis, penjudi, olaragawan/ti, pemain/pekerja sinetron/film industri entertainment, calo tanah/rumah/mobil/perkara, industri pertambangan emas(kecuali emas yang terserap pada industri kelistrikan dan teknologi tinggi) dll, gaji institusi Negara/social masyarakat yang bukan sector produksi seperti: pendeta/pastor/ ustad/guru/tentara/polisi/jaksa/hakim/PNS(non produksi)/politisi/ pegiat lsm dll, dibandingkan dengan nilai angka-angka dalam catatan bank menjadi uang belanja dalam pasar dari penghasilan produktif: petani, pengusaha/buruh perkebunan, penyuluh pertanian, buruh pabrik, industriawan, direksi/komisaris/karyawan industri, industri pertambangan minyak/batubara/ besi/mangan/dll, serta penghasilan produktif lainnya. Perkiraan sehat perbandingan dalam sistim kapitalisme adalah: non productive <>60%. Sebagai akibat ketika terjadi ketidak wajaran, awalnya adalah pasar menjadi ganas dan liar, tidak terkendali dan berujungnya pada stagnan ekonomi (haruslah dikontrol secara ketat prosentasi angka kewajaran antara sektor moneter dan sektor reil, hal mana sangat mutahil dilakukan didalam kapiatalisme/pasar bebas).
Kegitan traksaksi derivatif di bursa berjangka dan bursa komoditi, adalah bentuk rekayasa ijon (dijual sebelum waktu panen) secara massal, yang dapat terasumsi bahwa petani/produsen pada saat panen/produksi tidak terbayar lagi/tutup hutang, kemelut datang ketika terjadi gagal panen ataupun terjadi produksi lebih (over supplies), kedua hal tersebut sama parahnya sebagai penyebab. Dan kondisi tragis adalah ketika keduanya datang bersamaan, namun pada produk berbeda, kondisi inilah penyebab menjadi lemahnya daya beli, yang ujung akhirnya adalah krismon.
Lemahnya inovasi kreasi dalam masyarakat luas untuk kepentingan terobosan terus-menerus dalam memperbaiki tatanan sebagai dampak dari tereksploitasinya termonopolinya seni, budaya bergeser menjadi industri sehingga menyemarakan duplikasi menjadi produk massal sehingga manusia bak robot sebagai object, mengara menjadi animal instinct.
MARAMISA\NOMICS ”The Other Way” SEBAGAI SOLUSI
ATAS “The great depression 2009”
Mengulang kembali bahwa ketika “kapitalisme bukan lagi disebut gurita tapi lautan itu sendiri” (www.maramisnomics.blogspot.com), maka siapapun/apapun tidak sesuai dengan lautan (hukum air) akan karam dan menjadi rongsokan, sebut saja komunisme, marxisme. Kalau pun ada yang masih bisa berlayar tidak sesuai kapitalisme tersebut sebentar lagi akan tenggelam kalau tidak segera mendarat. Yang sudah nampak sesuai apabilah lalai dan ada dilaut yang berbadai akan karam juga.
Maramisnomics ”The Other Way” marjinalkan kapitalisme dengan cara-cara kapitalistik sebagai solusi atas “The great depression 2009”.
Solusi atas “The great depression 2009” adalah penerapan secara parsial Maramisnomics ”The Other Way” berbasis atonomi kabupaten/ kota (secara detail dalam topic khusus) secara umum langkah sebagai berikut:
Melipat-gandakan daya beli secara semu dengan sasaran orang mampu, untuk pada gilirannya terjadi permintaan produksi.
Mendorong produksi menjadi ketersediaan permanent, secara gradual dan tanpa membuat kejuta pasar, melalui sistim distribusi terintegfrasi, sebagai cikal bakal menuju ke tingkat idialnya Maramisnomics ”The Other Way” sistim ekonomi politik jalan lain, kondisi dimana semua orang dalam sistim tidak perlu berpikir apa yang harus dimanakan sampai empat bulan kedepan.
Menjadikan komsumsi/kebutuhan local sebagai asumsi perencanaan produksi sehingga ketika terjadi krisis, kebutuhan local menjadi buffer produksi untuk tetap pada batas produksi minimum ke-ekonomian.
Memaksimumkan produktifitas pegawai PEMDA sampai ketingkat RT (rukun tetangga), dan mewajibkerjakan semua penduduk utamanya yang nganggur maupun setengah nganggur.
Menghitung daya dukung alam (hutan, potensi lahan productive, potensi energi) terhadap jumlah populasi manusia maksimum di setiap kabupaten/kota, menuju satu orang mati hanya tergantikan oleh satu bayi.
Pemanfaatan secara maksimum hutan, setiap jengkal lahan dan semua potensi energi dengan kaidah ekologis ketat untuk secara berkelanjutan sebagai wadah dalam mewajibkerjakan semua penduduk produktif baik saat ini menganggur/setengah nganggur, sampai 50 tahun kedepan ketika satu orang mati di ganti satu bayi.
Kewajiban Negara/Pemda mengadakan “Pusat Seni, Budaya & IT” untuk sarana rekreasi sebagai media dalam rangka tumbuh kembangnya inovasi dan kreativitas agar Maramisnomics ”The Other Way” sistim ekonomi politik jalan lain, secara terus-menerus di poles kembangkan untuk dikemudian hari tidak bernasip sama dengan sistim ekonomi politik terdahulu.
Untuk pelaksanaan program akan dipersiapkan cetak biru “Blue Print” melalui rangkaian assessment untuk setiap kabupaten/kota dengan sebesar-besarnya muatan kearifan local “local wisdom”. Pelaksanannya olleh panitia khusus “special committee” bentukan the maramis institute dengan dan oleh Surat Keputusan bupati/walikota. Produk dari “special committee” harus diterjemahkan ke dalam bentuk Peraturan Pemerintah Daerah yang dilanjutkan menjadi PERDA oleh DPRD.
Demikian Maramisnomics ”The Other Way” sistim ekonomi politik jalan lain menjawab penyebab dan menjadi solusi atas “The great depression 2009”, masih memerlukan untuk dipolesindahkan dalam bentuk kritikan dan masukan dengan substansi yang sudah tertentu.
Jakarta, 8 Desember 2008
Franky HT Maramis
NB:
Dibawah ini sebuah tawaran solusi sebagai pembanding
Ekonomi syariah mendorong adanya standarisasi currency internasional yang tidak lagi berbasis fiat money, tetapi emas dan perak. Emas dan perak dalam ekonomi Islam adalah hakim yang adil yang akan mengurangi spekulasi, akan mewujudkan tingkat stabilitas keuangan dan menekan inflasi secara signifikan.
http://alishlahfriendship.blogspot.com/2008/12/akar-krisis-keuangan-global.html
dalam maramisnomics standarisasinya adalah ketersediaan kebutuhan pokok dan pendukung barang kebutuhan pokok, hanya emas dan perak yang terserap dalam industri elektronik dan teknologi tinggi saja yang mempunyai peran ekonomi. Dalam penilaian kami emas dalam bentuk batangan yang yang tersimpan di bank global seperti USB(United Swiserlang Bank)selama ini hanya menjadi jaminan baik pencetakan uang kertas maupun jaminan pinjaman, sebagai salah satu penyebab terjadinya krisis global yang selalu berulang dan kini berujung menjadi “The great depression 2009”.


